Cara penghematan pakan ikan, selama ini dilakukan oleh petani dengan
berbagai cara. Gurami diberi pakan hijauan berupa daun keladi. Para
peternak lele dan patin, biasa meramu pakan sendiri dari dedak halus,
ampas tahu, tepung tapioka, tepung jagung dan daging ayam mati dari
peternakan. Bahan tersebut dicampur, diberi air, digiling, ditambah
vitamin dan dikukus. Bahan-bahan lain seperti pupa (kepompong) ulat
sutera, cacing, siput, bekicot dll. juga mereka manfaatkan untuk bahan
pakan tambahan.Para petani tambak bandeng, selama ini sudah
terbiasa memanfaatkan plankton yang mereka sebut “klékap” sebagai bahan
pakan alami bagi bandeng mereka. Proses penumbuhan plankton harus
dilakukan dengan pengeringan kolam, empang atau tambak. Pengeringan
biasanya dilakukan sekalian dengan pengerukan lumpur yang digunakan
untuk memperkuat dan marapikan tebing serta pematang. Proses pengeringan
ini bisa berlangsung antara 1 minggu sd. 1 bulan, tergantung intensitas
sinar matahari. Fungsi pengeringan selain untuk proses penumbuhan
plankton, juga agar hama dan bibit penyakit ikan mati. Terutama penyakit
akibat bakteri dan virus. Sebab air yang tergenang terlalu lama,
potensial untuk menumbuhkan plankton, sekaligus juga virus dan bakteri
pengganggu ikan. Para petani tambak biasa menggunakan tembakau dan biji
teh untuk membunuh bakteri, virus dan hama lain pengganggu tambak.
Selain
pengerukan lumpur, kalau perlu juga dilakukan pencangkulan dan
pembajakan dasar kolam. Setelah kolam benar-benar kering dan rapi,
ditaburkan pupuk kandang dan urea. Dosisnya seperti kalau menanam padi.
Misalnya pupuk kandangnya 5 ton per hektar dengan urea 1 sd. 2 kuintal.
Untuk lebih meningkatkan kesuburan air kolam, bisa ditambahkan pula zat
perangsang tumbuh (ZPT) seperti Atonik atau Dekamon. Setelah itu tambak
digenangi air. Kalau tambak air payau, maka yang digenangkan air tawar
(dari sungai) dicampur dengan air laut. Kalau kita akan memelihara ikan
air tawar, maka air yang digenangankan hanya air tawar. Selanjutnya
kolam atau tambak dibiarkan terkena sinar matahari sampai menjadi hijau.
Proses ini bisa berlangsung dari satu minggu sampai satu bulan,
tergantung dari intensitas sinar matahari dan tingkat kesuburan air.
Kolam
yang sudah hijau ini telah dipenuhi dengan ganggang (algae) yang oleh
masyarakat luas sering disebut salah (salah kaprah) sebagai “lumut” .
Ada banyak ragam algae, mulai dari ganggang biru (Cyanophyta), ganggang
hijau (Chlorophyta), ganggang cokelat (Dinophyceae), ganggang kuning
(Chrysophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae) dan ganggang kersik
(Diatomeae). Hingga sebenarnya, warna air yang subur, akan sangat
tergantung dari jenis algae yang tumbuh di sana. Namun pada umumnya yang
paling banyak tumbuh di kolam ikan adalah ganggang hijau. Selain
ditumbuhi algae, kolam yang subur juga akan dihuni cacing, jentik
nyamuk, larva capung, kumbang air, kepik, kutu air dll. Kumpulan algae
dan macam-macam hewan renik (mikro) inilah yang di kalangan peternak
ikan disebut sebagai plankton.
Kesuburan kolam demikian, akan
tetap terjaga apabila aliran air tidak cukup deras. Apabila aliran air
cukup deras, maka algae dan macam-macam hewan renik itu tidak akan mampu
tumbuh dengan baik hingga membentuk koloni. Misalnya di kolam air
deras. Bahkan pemeliharaan ikan di karamba, baik karamba sungai, danau,
waduk maupun laut, juga sulit untuk memanfaatkan pakan alami berupa
algae dan hewan renik. Sebab air dalam karamba merupakan satu kesatuan
dengan seluruh volume air dalam kali, danau, waduk atau laut.
Pemeliharaan ikan dalam karamba di danau Toba yang sangat luas itu pun,
telah mengakibatkan ekosistem perairan alam menjadi rusak. Sebab jumlah
karamba dan populasi ikan tidak pernah dihitung dengan baik, hingga
memenuhi syarat maksimal daya dukung danau tersebut. Akibat banyaknya
karamba di danau Toba, kotoran ikan serta pakan yang tidak termakan
mengendap di dasar perairan, membusuk dan mencemari air danau.
Rekayasa
air untuk memproduksi pakan alami dalam budidaya ikan, hanya bisa
dilakukan pada kolam, empang atau tambak yang debit airnya bisa diatur.
Debit yang konstan ini akan mengakibatkan pertumbuhan plankton menjadi
optimal. Namun juga ada bahayanya apabila debit airnya sangat kecil.
Pada siang hari algae, terutama ganggang hijau, akan memproduksi oksegen
yang cukup banyak bagi kebutuhan seluruh ikan atau udang dalam tambak
tersebut. Tetapi pada malam hari fotosintesis terhenti. Padahal algae
itu pada malam hari juga memerlukan oksigen meskipun dalam volume yang
sangat kecil. Akibatnya pada malam hari kolam, empang atau tambak
tersebut akan kekurangan oksigen. Lebih-lebih kalau padat penebarannya
tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, para petambak dan petani ikan
memanfaatkan kuncir air untuk meningkatkan ketersediaan oksigen. Selain
dengan kincir air, untuk mengatasi kekurangan oksigen ini bisa dilakukan
pula penambahan debit air apabila sumbernya memungkinkan. Apabila tidak
mungkin, bisa dilakukan rotasi dengan menggunakan pompa serta filter.
Meskipun
kita telah berhasil meningkatkan kesuburan air kolam secara optimal,
namun pemeliharaan ikan dengan memanfaatkan pakan alami 100%, juga tidak
akan ekonomis. Sama tidak ekonomisnya dengan apabila kita hanya
mengandalkan pakan buatan 100%. Sebab apabila yang dipelihara ikan
carnivora, seperti lele, gabus, patin dll, maka mereka akan kanibal.
Hingga populasi ikan akan meyusut dengan sangat drastis. Contohnya
adalah pemeliharaan belut di dalam bak atau drum yang diberi lumpur,
batang pisang, pupuk kandang dll. hingga tingkat kesuburannya sangat
tinggi. Ke dalam bak tersebut kemudian kita lepaskan 100 ekor anak
belut, tanpa kita beri tambahan pakan apa pun. Setelah tiga bulan bak
atau drum itu dibongkar, maka yang tersisa hanya sepasang belut jantan
dan betina. Belut lain sudah saling makan hingga yang tinggal hanya dua
ekor itu saja. Lain halnya kalau ke dalam bak atau drum belut itu tiap
tiga hari sekali kita benamkan bangkai ayam, bebek atau telur-telur yang
tidak menetas yang telah direbus terlebih dahulu. Dalam jangka waktu
hanya dua bulan, 100 ekor anak belut itu sudah akan berubah menjadi
belut dengan ukuran satu jari orang dewasa dan gemuk-gemuk.
Ke
dalam kolam yang paling subur sekalipun, sebaiknya tetap perlu
ditambahkan pakan alami lain. Bagi ikan-ikan karnivora, perlu diberikan
cacing, bekicot, bangkai ayam dll dalam volume yang sesuai dengan
populasi ikan yang ditebar. Kalau yang dipelihara ikan-ikan herbivora,
misalnya gurami, maka perlu ditambahkan daun-daunan dalam jumlah cukup.
Pakan alami ini selain mampu meningkatkan keuntungan karena bisa
mengurangi kebutuhan pakan pabrik, sekaligus juga akan meningkatkan
kualitas daging ikan. Gurami yang hanya diberi pelet misalnya, kualitas
dagingnya akan lembek dan kurang padat. Dengan dipelihara di kolam yang
subur, dengan pakan tambahan berupa daun keladi, maka kualitas dagingnya
akan makin padat. Kualitas daging ikan ini akan berpengaruh pada harga
jual produk akhirnya berupa ikan konsumsi.
Pada pemeliharaan udang
galah misalnya, tingkat kesuburan kolam akan sangat berpengaruh
terhadap tingkat pertumbuhan dan konversi pakan. Namun khusus dalam
pemeliharaan udang galah, terutama dengan tingkat penebaran tinggi,
penggunaan tali, misalnya tali rafia yang direntangkan di seluruh kolam,
akan meningkatkan produksi. Sebab kebiasaan udang agak berbeda dengan
ikan. Udang tidak biasa berenang melainkan merayap. Di alam, udang akan
merayap pada tumbuhan air, akar tanaman dll. Tanpa adanya tanaman air,
udang hanya akan merayap pada dasar kolam. Aktivitas udang dengan
populasi padat di dasar kolam itu, akan mengakibatkan tingginya tingkat
kanibalisme. Dengan adanya tali-tali yang terentang di kolam, maka
tingkat kanibalisme bisa diturunkan. Dengan kolam yang kesuburannya
optimal, maka hewan renik dan algae akan ikut mempercepat pertumbuhan
udang. Selain pakan buatannya bisa dihemat, kualitas daging udangnya
juga akan lebih baik.
Pada ikan-ikan karnovora, misalnya belut,
pencegahan kanibalisme bisa dilakukan dengan menaruh buluh bambu atau
potongan pipa PVC (pipa pralon) di sepanjang pinggir kolam. Ikan-ikan
karnovora seperti belut, sidat, lele dan gabus akan senang bersembunyi
di buluh bambu atau potongan pralon tersebut, hingga tingkat
kanibalismenya akan turun. Kalau suplai cincangan cacing. bekicot atau
bahan hewani lainnya cukup, maka kolam yang subur tersebut akan mampu
mempercepat pertumbuhan ikan karnivora mencapai optimal. Kecuali lele
dan patin, ikan karnivora seperti gabus, betutu, sidat dan belut agak
sulit untuk mengkonsumsi pelet. Karenanya, kolam yang subur dengan
suplai pakan tambahan berupa limbah pemotongan hewan menjadi mutlak
diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar