Apel dikenal memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan. Ketika difermentasikan menjadi cuka, apel tetap
saja berkhasiat. Di antaranya bisa meredakan gangguan hipertensi dan
keluhan pembuluh
darah, hingga menurunkan berat badan.
Konsumsi sebutir apel sehari akan
menghindarkan kita dari kamar praktik dokter. Pepatah lama itu lahir
bukan tanpa arti. Kandungan vitamin dan mineral apel menjamin tubuh
tetap bugar dan bebas dari deraan penyakit.
Diperkirakan ada sekitar 7.000
varietas apel di seantero dunia dengan khasiat yang beragam. Beberapa
penelitian mengungkap, kandungan kalium dan potasium buah ini mampu
meredam risiko stroke, mengurangi kadar gula dan kolesterol, serta
menyehatkan pembuluh darah.
Kebanyakan orang mengonsumsi apel
dalam bentuk buah segar. Ada juga yang mengolahnya menjadi jus, ditambah
sirop atau perasa tambahan lainnya. Yang lain, ada yang mengolahnya
menjadi cuka.
Cuka apel merupakan sumber serat
larut paling baik, bebas kolesterol dan lemak, serta mengandung natrium.
Kandungan pektinnya juga efektif menekan kolesterol jahat penyumbat
pembuluh darah (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Cocok
diminum panas ataupun dingin.
Sari apel bersifat antiseptik,
sehingga bisa membantu menekan jumlah bakteri jahat dalam saluran
pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah,
mengatasi keracunan, serta menekan risiko obesitas. Selebihnya, cuka
apel juga mengandung karotenoid, sumber vitamin A yang berfungsi
meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain diminum langsung, cuka apel
biasa dicampurkan dalam sup, juga sebagai bahan salad dressing, saus
barbeque, dan lain-lain. Di beberapa negara, cuka apel bisa dijumpai
dalam kemasan pil dan dijual sebagai diet suplemen maupun vitamin.
Proses fermentasi hingga jadi cuka
apel, yakni gula dari cairan apel diubah oleh ragi, yang biasa dipakai
untuk membuat sampanye, menjadi minuman beralkohol dengan kadar
kira-kira 5 persen. Mula-mula rasanya manis, lalu sedikit getir,
kemudian aroma buahnya muncul sempurna. Kadang cairan fermentasi dipakai
sebagai ganti minuman anggur dalam berbagai resep.
Karena difermentasi, wajar bila
muncul kandungan alkohol di dalamnya. Meski begitu, alkohol hasil
fermentasi dipercaya tidak menimbulkan masalah karena bukan dari cairan
tambahan, tetapi dari buah apel itu sendiri.
Apa efek sampingnya? Sebuah kajian
di Malaysia mengungkapkan, cuka apel tak berefek samping bila
dikonsumsi sesuai takaran atau tidak lebih dari enam sendok teh sehari.
Keluhan yang sering muncul jika dikonsumsi berlebihan adalah rasa
pusing, tetapi dapat dicegah dengan banyak minum air sebagai penawar.
Pada dasarnya darah resisten
terhadap asam (sifat cuka apel), kelebihan asam akan dibuang secara
alami melalui urin dan keringat. Sebaliknya, darah reaktif terhadap
basa. Artinya pH darah akan naik bila terdapat gizi yang bersifat basa.
Kondisi darah yang cenderung basa memudahkan tubuh terserang penyakit.
Karena itu, konsumsilah cuka apel
tetap sesuai aturan. Terlebih bagi yang memiliki masalah berupa gangguan
ginjal. Seperti petuah sehat lainnya, kesembuhan maupun kebugaran tubuh
tak semata-mata karena obat atau ramuan tertentu, tetapi lebih pada
kesadaran untuk memilih pola makan seimbang dan berperilaku sehat.
Minum atau Dicampur..?
Karena berbentuk cair, selain
diminum langsung, cuka apel sering ditambahkan ke dalam makanan olahan
tertentu sebagai campuran. Berikut di antaranya:
- Untuk minuman, cuka apel dikonsumsi langsung dengan takaran satu sendok makan diencerkan dengan setengah cangkir air putih.
- Karena rasanya yang asam,
sebagian orang mencampurnya dengan madu agar lebih manis. Namun, Anda
yang kadar gula darahnya tinggi sebaiknya tidak menambahkan madu. Untuk
pengobatan, dua sendok makan cuka apel, satu sendok makan madu, dan
segelas air, diaduk sampai rata.
- Cuka apel juga dapat
dimanfaatkan untuk dressing salad. Biasanya dicampur dengan bahan lain
seperti minyak zaitun dan putih telur.
- Cuka apel dapat dibeli di supermarket dengan harga relatif murah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar