BOGOR. Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara
bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan
hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang
dapat memenuhi kriteria keuntungan ekonomi, keuntungan sosial bagi
keluarga tani dan masyarakat, dan konservasi lingkungan secara
berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pertanian berkelanjutan identik
dengan pertanian organik. Namun dalam melaksanakan pertanian organik
cukup banyak kendala yang dihadapi oleh petani, contohnya adalah hama
seperti ulat pemakan daun.
Berdasarkan hal ini, Pusdiklat Nasional Serikat Petani Indonesia
(SPI) mencoba menciptakan ramuan yang mampu mengendalikan dan mengatasi
ulat pemakan daun ini.
Susan Lusiana, Direktur Pusdiklat Nasional SPI mengungkapkan bahwa
ramuan ini mampu mengatasi ulat yang sering menggerogoti dedaunan
tumbuhan sawi, kangkung, kacang panjang, ataupun buncis.
“Berdasarkan hasil aplikasi di Pusdiklat, jika dibandingkan dengan
larutan pestisida organik daun sirsak, sereh wangi dan babadotan,
larutan nabati pengendali ulat pemakan daun ini membuat ulat mati dan
juga mengusir ulat dari tanaman,” ungkap Susan di Pusdiklat Nasional
SPI, di Cijujung Bogor (09/04).
Dia kemudian menjelaskan pembuatan ramuan ini setidaknya membutuhkan
alat-alat seperti timbangan, sarung tangan, gelas ukur, pisau, kertas
label, baki, baskom, saringan, ember, lesung, alu, hingga botol atau
jerigen sebagai media penyimpanan. Sementara itu bahan-bahannya
adalah air kelapa dua liter, ragi tape sebutir, bawang
putih empat ons, deterjen atau sabun colek setengah ons, dan kapur
bangunan empat ons.
Cara pembuatannya pertama dengan melarutkan deterjen atau sabun colek
ke dalam air kelapa, sementara bawang putih ditumbuk sampai halus.
Selanjutnya bawang putih, ragi tape dan kapur bangunan dimasukkan ke
dalam larutan air kelapa dan disaring. Hasil saringan difermentasikan
selama 20 hari yang kemudian disimpan dalam botol atau jerigen dan
diberi label yang berisi keterangan tentang ramuan dan tanggal
pembuatan.
“Cara Penggunaannya dengan mengencerkan 500 cc cairan ramuan dengan
air sebanyak 10 liter, diaduk dan kemudian dimasukkan kedalam tangki
penyemprot. Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian
tanaman. Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak dua kali dalam
seminggu dengan populasi larva atau ulat tidak membahayakan lagi,” papar
Susan.
Susan menambahkan bahwa cara kerja larutan ini sebagai racun kontak.
Oleh karenanya dituntut kehati-hatian pada saat pembuatan larutan karena
jika terkena kulit tangan maka kulit akan terkelupas dan kering.
“Namun larutan ini biasanya mudah larut dan hilang jika terkena
hujan, hindari penyemprotan larutan ini menjelang panen, minimal tujuh
hari sebelum dipanen,” tambahnya.
Oleh: Hadiedi Prasaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar