Siapa sangka, "tanaman ubi kayu" yang nampak murah tak berharga di
pasar, ternyata mampu memberi keuntungan yang besar bagi petani
pembudidayanya. Kandungan khasiat daun singkong pun diminati. Apa benar?
Silahkan baca sampai lengkap.
Saat ini ubi kayu hanya
dianggap sebagai komoditas sampingan bagi
petani. Semisal di kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang terletak di
bagian selatan provinsi Jawa Tengah ini dikenal sebagai sentra ubi kayu
dan bahkan terkenal dengan sebutan kota Gaplek. Alasan mayoritas
petani menanam ubi kayu sebenarnya sederhana. Karaktertistik tanahnya
adalah pegunungan kapur dan tadah hujan sehingga saat musim kemarau
tanah relatif tidak dapat dimanfaatkan. Hanya ubi kayu yang tahan pada
kondisi tersebut.
Namun jangan dibayangkan, bahwa pola penanamannya menggunakan kaidah teknik budidaya ubi kayu
intensif. Tidak. Justru ubi kayu hanya dianggap sebagai tanaman sela,
asal tanah termanfaatkan. Padahal jika digali apa motivasi petani
menanam komoditas ini, mayoritas akan menjawab ”untuk dijual agar mendapatkan keuntungan”. Ingin untung besar tapi teknik budidaya singkong nya masih pola sederhana. kaidah penanamanya:”Olah tanah sederhana, tancap stek, tunggu panen satu tahun berikutnya, tanpa pupuk, tanpa perawatan".
Uniknya, dengan metode seperti itu saja hasilnya cukup lumayan. Yaa..
daripada lu..manyun. ^^. Apalagi jika dibudidayakan secara intensif.
Kunci agar hasil panen ubi kayu bisa mencapai puluhan ton sebenarnya
sangat sederhana, yaitu budidayakan dengan teknologi yang tepat:
1. Jarak tanam diatur
2. perlakuan ZPT
3. Pemupukan yang tepat, atau minimal pupuklah ubi kayu meskipun sedikit
Salah satu petani di kecamatan di Wonogiri yaitu kecamatan
Ngadirojo, melalui bimbingan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) telah
menerapkan budidaya ubi kayu dengan teknologi sederhana. Hasilnya?
Panen riil 56 ton/ha. Dahsyat bukan? Jika 1 (satu) kilo ubi kayu basah
dipanen saat panen raya dengan harga murah Rp 500/kg saja, total
pendapatannya sudah Rp. 28.000.000. Sangat menggiurkan mengingat
perawatan ubi kayu sangat mudah dan sederhana. Apalagi jika waktu panen
bisa dilakukan sebelum musim panen raya, harganya bisa Rp 700/kg, jadi
omsetnya sebesar Rp 39.200.000. Omset ini belum di jumlah dengan hasil
tumpang sari jagung di MT 1. Jika dijumlahkan, keuntungan per Ha nya
akan lebih besar lagi.
Bagaimana teknis budidayanya? Berikut saya sampaikan data hasil penanamannya.
BUDIDAYA UBI KAYU NON SAMBUNG
Sistem Oleh : SUGENG ARIFIN
KEL. TANI SARI UTOMO
DS DONG SARI DESA NGADIROJO LOR KEC. NGADIROJO
Luas : 1 Ha
Jarak tanam : 1 x 1 m (tumpang sari dengan jagung/ tanam 1 x)
Varietas : Uj 5; Pandemir
Tanam 15 November 2008
Panen 19 Oktober 2009
Metode budidaya mulai pengolahan tanah hingga penanaman mengikuti
metode tanam tradisional. Perbedaan utamanya adalah pada dosis dan
perlakuan pemupukan yang ternyata memberikan hasil yang sangat berbeda.
Untuk mengetahui cara perlakuan bibit ubi kayu dapat dilihat di
tulisan saya dengan judul Cara Perlakuan Ubi Kayu: Sepele tapi Penting
Dosis Pemupukan yang telah dilakukan adalah:
MAAF, KESULITAN MEMASUKKAN TABEL. UNTUK TABEL DOSIS BISA DILIHAT DI
http://www.sehatcommunity.com/2012/11/panen-ubi-kayu-56-tonha-ini-caranya.html#axzz2DI9gIcQ3
Hasil panen per tancap
1. Pandemir : 13,0 kg
2. Uj 5 : 13, 5 kg
Perkiraan panen hasil Ubinan (2,5 x 2,5m) = 75 kg x 16 = 120 ton ubinan
Hasil panen riil ubi kayu = 56 ton
Mohon bantu share ya.^^
Bot Pranadi www.sehatcommunity.com
*Sumber data: Balai Penyuluhan Kec. Ngadirojo Kab Wonogiri
*Sumber gambar: papiru.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar