Peristiwa ini terjadi di Menado, ada seorang wanita meninggal mendadak
dengan lima panca indera keluar darah, setelah diselidiki ternyata
wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh, melainkan
karena ketidaktahuan tentang racun akibat makanan. Wanita ini ada
kebiasaan minum Vitamin C tiap hari dan malam itu wanita ini kebanyakan
makan udang.
Cerita di bawah ini mohon kasih tahu kepada semua teman /orang yg anda
sayangi,Peristiwa ini terjadi di Menado, ada seorang wanita meninggal
mendadak dengan lima panca indera keluar darah, setelah diselidiki
ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh,
melainkan karena ketidaktahuan tentang racun akibat makanan. Wanita ini
ada kebiasaan minum Vitamin C tiap hari. Ini tdk masalah. Masalahnya
karena malam itu wanita ini kebanyakan makan udang. Sebenarnya cuma
makan udang saja tidak masalah, orang rumahnya juga banyak makan udang
malam itu dan tak ada yg meninggal. Tetapi, karena udang mengandung
Arsenic Pentoxide (As2O5), dan berhubung habis makan udang wanita itu
minum Vitamin C, terjadilah reaksi kimia di dalam perut yang membuat
As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yg sangat beracun. Ini
mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah rusak, usus keluar
darah, pembuluh darah melebar hingga wanita itu meninggal mengenaskan
dgn kelima panca indera keluar darah.Selain nafsu makan yang menguap,
Anda tentu segera meneruskan informasi ini kepada setiap orang yang Anda
kenal.
Tapi..apakah informasi ini benar adanya?
Mari kita telusuri:Arsen merupakan salah satu unsur pembentuk kulit
bumi. Karena itu, elemen ini banyak ditemukan terkandung di air laut dan
endapannya. Jika air laut mengandung arsen, besar kemungkinan hewan
laut mengandung arsen. Memang betul, hewan-hewan laut memang diketahui
dapat mencerna arsen di air laut sehingga kita dapat mendeteksi arsen
sejumlah maksimal 200 ug dalam setiap gram hewan. Namun, yang kita
peroleh bukan arsen pentoksida yang bersifat anorganik. Arsen yang
terdapat dalam tubuh hewan laut ini merupakan senyawa arsen organik,
yaitu arsen yang telah berikatan dengan karbon dan hidrogen, bernama
arsenobetain yang tidak bersifat toksik. Di dalam tubuh manusia,
arsenobetain ini akan dikeluarkan melalui urine dalam bentuk utuh, sama
sekali tidak tercerna, dan tidak berbahaya. Namun bisa saja kan
arsenobetain bereaksi dengan vitamin C membentuk arsen trioksida? Tidak.
Arsen trioksida hanya dapat dihasilkan dari pembakaran unsur arsen (As)
atau sebagai hasil samping pada peleburan logam seperti tembaga, perak,
dan emas. Arsen trioksida umumnya digunakan dalam pengawetan kayu dan
pembuatan kaca.
Tapi, senyawa ini memang benar berbahaya. Jika kita memberikannya pada
hewan percobaan, 50% tikus akan kehilangan nyawa pada pemberian 15,1
mg/kg atau sekitar 3,02 mg untuk tikus berbobot 200 gram. Jika jumlah
ini dikonversikan ke manusia, dengan pemberian 16,91 mg saja 50%
penduduk bumi punah sudah. Zaman dahulu kala, arsen trioksida memang
menjadi racun favorit. Bahkan mitos mengatakan, Napoleon Bonaparte tewas
akibat diracuni anggur arsenik dalam pengasingannya di pulau St.
Helena. Tapi, lain halnya di abad 21. Arsen trioksida dalam jumlah yang
lebih kecil (0,15 mg/kg berat badan) telah diketahui dapat mengobati
leukemia promyelositik akut (acute promyelocytic leukaemia, APL). Hebat
ya?Kemudian apa kabarnya arsen pentoksida? Apakah senyawa itu
benar-benar ada? Ada.
Senyawa ini dapat dihasilkan dari oksidasi lanjutan arsen trioksida.
Senyawa ini berada dalam kategori toksik yang sama dengan arsen
trioksida. Arsen pentoksida juga bisa kembali menjadi arsen trioksida
dengan menggunakan reduktor logam yang kuat. Vitamin C memang bersifat
reduktor, tapi untungnya ia tidak cukup kuat mengembalikan arsen
pentoksida menjadi senyawa pembunuh.Kesimpulan yang dapat kita ambil :1.
Udang tidak mengandung arsen pentoksida2. Vitamin C tidak dapat
mengubah arsen pentoksida menjadi arsen trioksida3. Silakan kembali
nikmati udang bakar dan es jeruk Anda, karena perkawinan mematikan udang
dan vitamin C hanya mitos semata.*LD50 : dosis yang dapat mematikan 50%
dari jumlah populasi percobaan.**Dosis manusia diperoleh dari konversi
dosis tikus, dihitung berdasarkan perbandingan bobot dan faktor
metabolisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar