Info Menarik...!!

Rabu, 27 Februari 2013

Panen Ubi Kayu 56 ton/ha? Ini Caranya: Sebuah Pengalaman Lapang

Siapa sangka, "tanaman ubi kayu" yang nampak murah tak berharga di pasar, ternyata mampu memberi keuntungan yang besar bagi petani pembudidayanya. Kandungan khasiat daun singkong pun diminati. Apa benar? Silahkan baca sampai lengkap.


Saat ini ubi kayu hanya
dianggap sebagai komoditas sampingan bagi petani. Semisal di kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang terletak di bagian selatan provinsi Jawa Tengah ini dikenal sebagai sentra ubi kayu dan bahkan terkenal dengan sebutan kota Gaplek. Alasan mayoritas petani menanam ubi kayu sebenarnya sederhana. Karaktertistik tanahnya adalah pegunungan kapur dan tadah hujan sehingga saat musim kemarau tanah relatif tidak dapat dimanfaatkan. Hanya ubi kayu yang tahan pada kondisi tersebut.


Namun jangan dibayangkan, bahwa pola penanamannya menggunakan kaidah teknik budidaya ubi kayu intensif. Tidak. Justru ubi kayu hanya dianggap sebagai tanaman sela, asal tanah termanfaatkan. Padahal jika digali apa motivasi petani menanam komoditas ini, mayoritas akan menjawab ”untuk dijual agar mendapatkan keuntungan”. Ingin untung besar tapi teknik budidaya singkong nya masih pola sederhana. kaidah penanamanya:”Olah tanah sederhana, tancap stek, tunggu panen satu tahun berikutnya, tanpa pupuk, tanpa perawatan". Uniknya, dengan metode seperti itu saja hasilnya cukup lumayan. Yaa.. daripada lu..manyun. ^^. Apalagi jika dibudidayakan secara intensif.


Kunci agar hasil panen ubi kayu bisa mencapai puluhan ton sebenarnya sangat sederhana, yaitu budidayakan dengan teknologi yang tepat:
1. Jarak tanam diatur
2. perlakuan ZPT
3. Pemupukan yang tepat, atau minimal pupuklah ubi kayu meskipun sedikit


Salah satu petani di kecamatan di Wonogiri yaitu kecamatan Ngadirojo, melalui bimbingan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) telah menerapkan budidaya ubi kayu dengan teknologi sederhana. Hasilnya? Panen riil 56 ton/ha. Dahsyat bukan? Jika 1 (satu) kilo ubi kayu basah dipanen saat panen raya dengan harga murah Rp 500/kg saja, total pendapatannya sudah Rp. 28.000.000. Sangat menggiurkan mengingat perawatan ubi kayu sangat mudah dan sederhana. Apalagi jika waktu panen bisa dilakukan sebelum musim panen raya, harganya bisa Rp 700/kg, jadi omsetnya sebesar Rp 39.200.000. Omset ini belum di jumlah dengan hasil tumpang sari jagung di MT 1. Jika dijumlahkan, keuntungan per Ha nya akan lebih besar lagi.


Bagaimana teknis budidayanya? Berikut saya sampaikan data hasil penanamannya.


BUDIDAYA UBI KAYU NON SAMBUNG
Sistem Oleh : SUGENG ARIFIN
KEL. TANI SARI UTOMO
DS DONG SARI DESA NGADIROJO LOR KEC. NGADIROJO


Luas            : 1 Ha
Jarak tanam  : 1 x 1 m (tumpang sari dengan jagung/ tanam 1 x)
Varietas       : Uj 5; Pandemir
Tanam 15 November 2008
Panen 19 Oktober 2009


Metode budidaya mulai pengolahan tanah hingga penanaman mengikuti metode tanam tradisional. Perbedaan utamanya adalah pada dosis dan perlakuan pemupukan yang ternyata memberikan hasil yang sangat berbeda. Untuk mengetahui cara perlakuan bibit ubi kayu dapat dilihat di tulisan saya dengan judul Cara Perlakuan Ubi Kayu: Sepele tapi Penting


Dosis Pemupukan yang telah dilakukan adalah:
MAAF, KESULITAN MEMASUKKAN TABEL. UNTUK TABEL DOSIS BISA DILIHAT DI
http://www.sehatcommunity.com/2012/11/panen-ubi-kayu-56-tonha-ini-caranya.html#axzz2DI9gIcQ3


Hasil panen per tancap
1. Pandemir : 13,0 kg
2. Uj 5 : 13, 5 kg


Perkiraan panen hasil Ubinan (2,5 x 2,5m) = 75 kg x 16 = 120 ton ubinan
Hasil panen riil ubi kayu = 56 ton


Mohon bantu share ya.^^


Bot Pranadi www.sehatcommunity.com

*Sumber data: Balai Penyuluhan Kec. Ngadirojo Kab Wonogiri
*Sumber gambar: papiru.wordpress.com

Tidak ada komentar: